PROPOSAL PENELITIAN
Senin, 15 Oktober 2012
Senin, 25 Juni 2012
PROPOSAL METODE PENELITIAN
JUDUL :PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI,
MOTIVASI BERAFILIASI DAN MOTIVASI BERKUASA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BANK
SWASTA DI KOTA PANGKAL PINANG
DISUSUN
OLEH : AJI GURUH SETYAWAN
(3011011042)
FAKULTAS : EKONOMI
PRODI : AKUNTANSI
UNIVERSITAS BANGKA
BELITUNG
I . JUDUL
Judul
dari proposal ini adalah PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI, MOTIVASI
BERAFILIASI DAN MOTIVASI BERKUASA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA BANK SWASTA DI
KOTA PANGKAL PINANG
II.
PENDAHULUAN
1. Latar
belakang
Kinerja karyawan pada hakekatnya merupakan perwujudan keseriusan
mereka dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan perusahaan.
Apabila mampu meningkatkan kinerja karyawan, perusahaan akan memperoleh banyak
keuntungan. Dengan meningkatnya kinerja karyawan, pekerjaan akan lebih cepat
diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, absensi akan dapat diperkecil,
dan secara langsung perusahaan mampu memperbaiki kinerja perusahaan secara
keseluruhan, termasuk berusaha untuk terus meningkatkan layanan, dan juga
menghadapi persaingan yang sangat ketat, maka peningkatan kinerja adalah suatu
kondisi yang tidak dapat ditawar lagi.
Permasalahan di bidang pelayanan kepada masyarakat merupakan tantangan
yang harus dihadapi, karena berkembang tidaknya sebuah perusahaan perbankan
sangat bergantung pada berhasil tidaknya kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
perusahaan, yang tentunya tidak akan terlepas dari pelaku kegiatan pemasaran
itu sendiri, yaitu karyawan.
Karyawan atau sumber daya manusia bagi sebuah perusahaan sangat menentukan
keberhasilan perusahaan. Oleh karena itu untuk mencapai kemajuan perusahaan
sangat dibutuhkan karyawan yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi, maka
diharapkan diperoleh kinerja yang tinggi pula. Setiap karyawan harus mempunyai
kebutuhan untuk berprestasi, bergulat dan sukses.
Dalam berinteraksi dengan nasabah maupun calon naabah karyawan
harus dapat mempengaruhi perilaku mereka agar menjadi nasabah yang setia kepada
bank. Disamping kedua hal tersebut di atas, diperlukan pula adanya kebutuhan untuk
menjalin persahabatan yang ramah dan akrab serta membuka hubungan yang
seluas-luasnya dengan orang lain. Kelancaran berkomunikasi dan pandai dalam
pergaulan juga menjadi unsur penilaian dalam menetapkan jenjang karier
karyawan. Pada akhirnya, motivasi seorang karyawan akan mampu mempengaruhi
tercapainya kinerja yang sesuai harapan perusahaan.
Kinerja (performance) mengacu pada kadar pencapaian
tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan karyawan. Kinerja merefleksikan seberapa
baik karyawan memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan (Simamora, 2001 : 339). Menurut
Gibson (1996 : 13) bahwa kinerja individu adalah dasar kinerja organisasi
karena kinerja organisasi tergantung dari kinerja individu.
Berbicara mengenai kinerja dan perilaku individu mempersyaratkan pertimbangan
mengenai variabel-variabel yang secara langsung mempengaruhi perilaku
individual atau apa yang seorang pekerja lakukan. As’ad (2000) menyatakan
variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja diantaranya adalah motivasi. Motivasi
menjadi penentu kinerja yang baik, dikatakan pula bahwa dengan motivasi yang
tinggi dan kemampuan yang lebih baik diharapkan kinerja karyawan akan lebih
baik pula. Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan
dorongandorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang menggerakkan
dan mengarahkan perilaku yang berorientasi pada tujuan mereka (Hersey dan
Blanchard, 1995 : 15). Dengan mengetahui motivasi karyawan, diharapkan
manajemen mampu pula mengetahui tujuan karyawannya. Kemudian manajemen akan
membuat strategi pencapaian tujuan organisasi yang sesuai dan sinergi dengan
tujuan karyawan.
David McClelland, seorang pakar motivasi dari Universitas Harvard berpendapat
bahwa kinerja seseorang sangat ditentukan oleh dorongan motivasi kebutuhan.
Lebih jauh McClelland menganalisis dan mengembangkan teori motivasi kebutuhannya
dalam aspek sosial. Sehingga teorinya dikenal dengan Teori Motivasi Sosial.
McClelland mengemukan bahwa semua orang dalam kehidupan sehari-hari mempunyai
tiga motif (As’ad, 2000). Pembagian motif tersebut dibagi menjadi motivasi
berprestasi (need for achievement), motivasi berafiliasi (need for
affiliation) dan motivasi berkuasa (need for power). Motif pertama
yaitu motivasi berprestasi berhubungan dengan kemampuan untuk mengatasi
rintangan dan memelihara semangat kerja yang tinggi, bersaing untuk
meningkatkan kinerja.
Motivasi ini diukur melalui
standar kesempurnaan dalam diri seseorang (As’ad, 2000). Sementara itu motivasi
berafiliasi erat hubungannya dengan kehidupan sosial seseorang yaitu merupakan
keinginan untuk menyenangkan dan mendapatkan afeksi dari orang lain. Kebutuhan
akan afiliasi pada umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang
bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang lain dalam organisasi, karena
dalam keadaan yang bersahabat dan kooperatif inilah, kinerja organisasi dapat
ditingkatkan.
Bentuk motivasi yang ketiga adalah motivasi berkuasa yang lebih mengarah
pada usaha untuk dapat mempengaruhi orang lain. Motivasi berkuasa sangat
berhubungan dengan suatu keinginan untuk berpengaruh kepada orang lain (Veroff
dan Winter; McClelland dan Burnham; Atkinson; dalam Sahlan Asnawi, 2001),
sehingga memungkinkan sekali dari keinginan ini akan menimbulkan keunggulan terhadap
orang lain dalam bekerja. Bagaimanapun juga, apabila perusahaan mempunyai
keinginan untuk memiliki karyawan yang berkinerja tinggi, maka secara langsung
perusahaan juga harus mempehatikan motivasi yang ada pada dalam dirinya.
Apabila motif yang ada dalam diri karyawan tidak termanifestasi dengan baik,
maka akan sangat mempengaruhi keseharian meraka dalam bekerja. Karena itulah ketiga
bentuk motivasi yang secara umum juga dimiliki oleh karyawan akan sangat
memberikan dampak langsung pada proses kerja di perusahaan.
2.
Rumusan
Masalah
Motif pertama yaitu motivasi berprestasi berhubungan dengan kemampuan
untuk mengatasi rintangan dan memelihara semangat kerja yang tinggi, bersaing
untuk meningkatkan kinerja. Motivasi ini diukur melalui standar kesempurnaan
dalam diri seseorang (As’ad, 2000). Motivasi berafiliasi erat hubungannya
dengan kehidupan sosial seseorang yaitu merupakan keinginan untuk menyenangkan
dan mendapatkan afeksi dari orang lain. Kebutuhan akan afiliasi pada umumnya
tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi
seseorang dengan orang lain dalam organisasi, karena dalam keadaan yang
bersahabat dan kooperatif inilah, kinerja organisasi dapat ditingkatkan. Sedangkan
motivasi berkuasa lebih mengarah pada usaha untuk dapat mempengaruhi orang
lain. Motivasi berkuasa sangat berhubungan dengan suatu keinginan untuk
berpengaruh kepada orang lain (Veroff dan Winter; McClelland dan Burnham;
Atkinson; dalam Sahlan Asnawi, 2001), sehingga memungkinkan sekali dari
keinginan ini akan menimbulkan keunggulan terhadap orang lain dalam bekerja.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dirumuskan beberapa
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah
motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi dan motivasi berkuasa mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan ?
2. Motivasi
apakah yang memberikan pengaruh paling besar terhadap kinerja karyawan ?
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengaruh motivasi berprestasi, motivasi berafiliasi dan motivasi
berkuasa mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
2. Untuk
mengetahui variabel motivasi yang memberikan pengaruh paling besar terhadap
kinerja karyawan.
4.
Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberi kontribusi berupa:
1. Bagi Institusional
Hasil penelitian ini diharapkan merupakan masukan yang sangat
penting bagi lembaga khususnya lembaga perbankan swasta dalam pengambilan keputusan
mengenai pengembangan lembaga terutama dalam pengembangan sumberdaya
manusianya.
2. Bagi Ilmu
Pengetahuan
Dalam bidang ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan
memberikan kontribusi berupa diperolehnya beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan kinerja karyawan.
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan
Teori
1. Manajemen
Sumber Daya Manusia
Simamora (2001) menjelaskan bahwa yang dimaksud manajemen sumber
daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas
jasa, dan pengelolaan individu anggota organsiasi atau kelompok pekerja. Lebih
lanjut menurutnya manajemen sumber daya manusia melibatkan semua praktik dan
keputusan manajemen yang secara langsung mempengaruhi sumber daya manusia,
orang-orang yang bekerja dalam organisasi.
Berbagai upaya dilakukan untuk menciptakan kualitas sumber daya
manusia atau karyawan, agar karyawan memiliki semangat dan kegairahan kerja
yang tinggi yaitu karyawan yang mampu melakukan pekerjaan secara lebih giat dan
lebih cepat sehingga diperoleh hasil yang lebih baik serta karyawan menyenangi
pekerjaan yang dihadapinya (Nitisemito, 1996). Kondisi di atas berlaku untuk
hampir semua jenis perusahaan, termasuk perbankan. Manajemen sumber daya
manusia sangat penting bagi perusahaan dalam rangka mengelola, mengatur dan
memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk
tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia di perusahaan perlu dikelola
secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan
tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan.
Keseimbangan tersebut merupakan kunci utama perusahaan agar dapat berkembang
secara produktif dan wajar. Dengan pengaturan manajemen sumber daya manusia
secara profesional diharapkan pegawai bekerja secara produktif. Dalam suatu
perusahaan, masalah tersebut sudah menjadi hal yang umum. Tidaklah wajar jika
banyak karyawan yang sebenarnya secara potensi berkemampuan tinggi tapi tidak
mampu berprestasi dalam kerja. Hal ini dimungkinkan karena kondisi psikologis
dari jabatan yang tidak cocok, atau mungkin pula karena lingkungan tempat kerja
yang tidak membawa rasa aman dan betah bagi dirinya. Setidaknya ada empat hal yang
penting berkaitan dengan manajemen sumber daya manusia (Simamora, 2001) :
a. Penekanan
yang lebih dari biasanya pada pengintegrasian berbagai kebijakan sumber daya
manusia dengan perencanaan bisnis.
b. Tanggung
jawab mengelola sumber daya manusia tidak lagi terletak hanya pada manajemen
khusus, tetapi sekarang dianggap terletak pada manajemen lini senior.
c. Perubahan
fokus dari hubungan serikat pekerja-manajemen menjadi hubungan manajemen-karyawan,
dari kolektivisme menjadi individualisme.
d. Terdapat
aksentuasi pada komitmen dan melatih inisiatif di mana manajer berperan sebagai
penggerak dan fasilitator.
2. Kinerja
Gomes (1995) menyatakan bahwa kinerja merupakan pelaksanaan fungsi
yang dituntut dari seseorang dengan menetapkan standar tertinggi, selaku
standar melampui apa yang diminta atau yang diharapkan oleh orang lain dan
merupakan gambaran potensi seseorang atau dapat diartikan suatu perbuatan,
suatu prestasi, suatu pameran umum ketrampilan. Sedangkan Simamora (2001)
menyatakan kinerja adalah suatu proses manajemen yang dirancang untuk menghubungkan
tujuan organisasi dengan tujuan individu sedemikian rupa sehingga baik tujuan
individu maupun tujuan organisasi dapat bertemu. Dessler (1997) mendefinisikan kinerja
sebagai prosedur apa saja yang meliputi (1) penetapan standar kinerja; (2)
penilaian kinerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standar-standar ini;
(3) memberi umpan balik kepada karyawan dengan tujuan memotivasi orang tersebut
untuk menghilangkan kemerosotan kinerja atau terus berkinerja lebih tinggi
lagi.
Selain itu kinerja (performance) dapat diartikan sebagai
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi
sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka untuk mencapai
tujuan organisasi yang bersangkutan. Dengan kata lain, kinerja perorangan dan
kinerja kelompok sangat mempengaruhi kinerja perusahaan atau organisasi secara
keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan tersebut.
Sesungguhnya semua organisasi atau perusahaan memiliki
saranasarana formal dan informasi untuk menilai kinerja karyawannya. Penilaian
kinerja dapat didefinisikan sebagai prosedur yang meliputi (Dessler, 1997):
a. Penetapan
standar kinerja.
b. Penilaian
kinerja aktual karyawan dalam hubungan dengan standarstandarisasi.
c. Memberikan
umpan balik kepada karyawan untuk menghilangkan kemerosotan kinerja dan memacu
peningkatan kinerja.
Pendapat lain menyatakan bahwa penilaian kinerja dilakukan dengan
mengkombinasikan baik aspek evaluasi maupun aspek pembangunan, yaitu (Simamora,
2001)
a. Menyediakan basis
bagi keputusan
Keputusan personalia termasuk promosi, transfer, demosi atau pemberhentian.
b.
Meningkatkan sumber daya manusia melalui penempatan pekerjaan yang baik dan
spesifikasi kebutuhan-kebutuhan pelatihan.
Kemampuan digambarkan oleh kapabilitas manusia dan teknik yang
memberikan indikasi sampai seberapa jauh kemungkinan kinerja tersebut. Sampai
seberapa jauh kapabilitas tergantung pada tingkat dimana individu dan kelompok
dapat dimotivasi oleh organisasinya untuk menghasilkan kemampuan terbaik.
Kinerja dapat diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam studi yang tergabung
dalam beberapa ukuran kinerja secara umum, yang kemudian diterjemahkan ke dalam
penilaian perilaku secara mendasar. Komponen-komponen kinerja terdiri dari
(Simamora, 2001):
a. Mutu
pekerjaan
b. Kejujuran
karyawan
c. Inisiatif
d. Kehadiran
e. Sikap
f. Kerjasama
g. Keandalan
h. Tanggung
jawab dan
i.
Pemanfaatan waktu
Kinerja dapat diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam studi
yang tergabung dalam beberapa ukuran kinerja secara umum, yang kemudian
diterjemahkan ke dalam penilaian perilaku secara mendasar yang meliputi (Fermon
E, et al, 1996):
a. Kualitas
dan kuantitas kerja
b. Pengetahuan
tentang pekerjaan
c. Pendapat/pernyataan
yang disampaikan
d. Keputusan
yang diambil
e. Perencanaan
kerja
f. Daerah
organisasi kerja
Menurut Simamora (2001 : 490) ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
standar kinerja pekerjaan, yaitu (1) standar kinerja haruslah relevan dengan
individu dan organisasi, (2) standar kinerja haruslah stabil dan dapat
diandalkan, (3) standar kinerja haruslah membedakan antara pelaksanaan
pekerjaan yang baik, sedang dan buruk, (4) standar kinerja haruslah dinyatakan
dalam rangka, (5) standar kinerja haruslah mudah diukur, (6) standar kinerja
haruslah mudah dipahami oleh karyawan/pegawai dan penyelia, (7) standar kinerja
haruslah memberikan penafsiran yang tidak mendua.
Menurut Gibson, et al (1996) motivasi dan kemampuan berinteraksi
menentukan kinerja. Oleh sebab itu, banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja seorang karyawan, diantaranya yaitu :
a.
Variabel Individual
Kemampuan dan ketrampilan dikatakan sebagai variabel individual yang
dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Karena kemampuan merupakan potensi
seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sekaligus sebagai hasil dari
pengetahuan dan ketrampilan seseorang yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
latihan dan pengembangan dalam hubungannya dengan tugas yang dimiliki.
b. Variabel
Organisasional
Variabel organisasional terdiri dari sumber daya manusia, kepemimpinan,
dan sistem upah atau pendapatan. Manusia adalah sumber daya yang berharga bagi
perusahaan, karena melalui kegiatankegiatan manusia tujuan perusahaan dapat
tercapai. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan
tergantung pada unsur manusia yang ada didalamnya.
c. Variabel
Psikologis
Pemupukan motivasi dan minat kerja karyawan yang berorientasi pada
peningkatan prestasi atau hasil kerja, membutuhkan waktu yang lama dan
memerlukan teknik-teknik tertentu, antara lain dengan menciptakan iklim dan
lingkungan kerja yang menyenangkan serta menciptakan hubungan kerja yang kondusif.
Sikap merupakan salah satu faktor penentu perilaku karyawan dalam bekerja.
Karena sikap berhubungan erat dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Dengan
sikapnya karyawan dapat menunjukkan apakah mereka termotivasi oleh perusahaan
untuk meningkatkan kinerjanya atau tidak.
Sedangkan menurut Sutermeister seperti yang dikutip oleh Suprayitini,
1993 : 33) bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
a. Faktor kemampuan,
terdiri dari :
1) Pengetahuan
(knowledge), meliputi pendidikan, pengalaman, latihan dan minat.
2)
Ketrampilan (skill), meliputi kecakapan dan kepribadian
b. Faktor motivasi,
terdiri dari :
1) Kondisi
sosial, meliputi organisasi formal, organisasi informal, kepemimpinan dan
serikat kerja.
2) Kebutuhan
individu, meliputi kebutuhan fisiologis, sosial dan egoistik
3)
Kondisi fisik yaitu lingkungan kerja.
3. Motivasi
kerja
Nawawi (1998) menjelaskan bahwa motivasi (motivation)
berasal dari bahasa Yunani yakni movere yang berarti menggerakan (to
move). Motivasi adalah suatu dorongan sebab seseorang melakukan sesuatu. Dengan
demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab
seseorang melakukan perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Nawawi (1998) mengkategorikan motivasi kerja berdasarkan asal pendorong atau
penggerak dari motivasi kerja tersebut, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ektrinsik.
Yulk (dalam Thoha, 2000) memberikan batasan mengenai motivasi bahwa
motif adalah yang melatar-belakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan
tertentu. Adapun ciri-ciri daripada motif individu adalah sebagai berikut
(Thoha, 2000) :
a. Motif adalah
Majemuk
Dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa
tujuan yang berlangsung bersama-sama. Misalnya seorang karyawan yang melakukan
kerja giat, dalam hal ini tidak hanya karena ingin lekas naik pangkat, tetapi
juga ingin diakui atau dipuji, dapat upah yang tinggi dan sebagainya.
b. Motif dapat
Berubah-ubah
Motif bagi seseorang seringkali mengalami perubahan. Ini disebabkan
karena keinginan manusia berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan atau keinginannya.
Misalnya seorang karyawan pada suatu ketika menginginkan gaji yang tinggi, pada
waktu yang lain menginginkan pimpinan yang baik, atau kondisi kerja yang
menyenangkan. Dalam hal ini nampak bahwa motif sangat dinamis dan geraknya
mengikuti kepentingan-kepentingan individu.
c. Motif Berbeda-beda
bagi Individu
Dua orang yang melakukan pekerjaan yang sama, tetapi ternyata terdapat
perbedaan motif. Misalnya, dua orang karyawan yang bekerja pada suatu mesin
yang sama dan pada ruang yang sama pula, Tetapi motivasinya bisa berbeda. Yang
seorang menginginkan teman kerja yang baik, sedangkan yang lain menginginkan
kondisi kerja yang menyenangkan.
d.Beberapa Motif
tidak Disadari oleh Individu
Banyak tingkah-laku manusia yang tidak disadari oleh pelakunya. Sehingga
beberapa dorongan (needs) yang muncul seringkali karena berhadapan
dengan situasi yang kurang menguntungkan lalu ditekan di bawah sadarnya. Dengan
demikian sering kali kalau ada dorongan dari dalam yang kuat sekali menjadikan
individu yang bersangkutan tidak bisa memahami motifnya sendiri.
Pada garis besarnya motivasi yang diberikan bisa dibagi menjadi dua
yaitu motivasi positif dan negatif. Motivasi positif adalah proses untuk mencoba
mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara
memberikan kemungkinan untuk mendapatkan ‘hadiah’. Motivasi negatif adalah untuk
mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan, tetapi
teknik dasar yang digunakan adalah lewat kekuatan ketakutan. Masalah utama dari
penggunaan kedua jenis motivasi tersebut adalah penimbangan (proporsi) penggunaannya,
dan juga kapan akan menggunakannya. Pemimpin yang lebih percaya bahwa ketakutan
akan mengakibatkan seseorang bertindak, mereka akan lebih banyak menggunakan
motivasi negatif. Sebaliknya, bila pemimpin percaya ‘kesenangan’ akan menjadi dorongan
bekerja, ia akan menggunakan motivasi positif. Penggunaan masing-masing jenis
motivasi ini, dengan segala bentuknya, haruslah mempertimbangkan situasi dan orangnya.
Bukti yang paling dasar terhadap keberhasilan suatu bentuk motivasi adalah
hasil yang diperoleh dari pelaksanaan suatu pekerjaan (Heidjrachman dan Suad
Husnan, 2000).
Menurut Mc Clelland (As’ad, 2000), timbulnya tingkah laku karena dipengaruhi
oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Dalam diri individu
terdapat tiga kebutuhan pokok yang mendorong tingkah lakunya, yang kemudian
dikenal dengan social motive theory, yaitu :
a. Kebutuhan untuk
Berprestasi (Need for Achievement).
Merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan
standar kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini, berhubungan erat
dengan pekerjaan, dan mengarhkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai
prestasi tertentu. Tingkah laku individu
yang didorong oleh
kebutuhan berprestasi yang tinggi akan tampak sebagai berikut :
1)
Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif;
2)
Mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatannya;
3)
Memilih resiko yang moderat (sedang) di dalam perbuatannya. Dengan
memilih resiko tersebut berarti masih ada peluang untuk berprestasi yang lebih
tinggi;
4)
Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatannya.
b. Kebutuhan untuk
Berafiliasi (Need of Affiliation)
Merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya
dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan
hubungan secara akrab dengan orang lain. Tingkat laku individu yang didorong oleh
kebutuhan untuk bersahabat yang tinggi akan tampak sebagai berikut :
1) Lebih
memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya, daripada segi
tugas-tugas yang ada pada pekerjaan itu;
2) Melakukan
pekerjaannya lebih efektif apabila bekerjasama bersama orang lain dalam suasana
yang lebih kooperatif;
3)
Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain;
4)
Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.
c. Kebutuhan untuk
Berkuasa (Need of Power)
Kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan
ini, menyebabkan orang tersebut tidak atau kurang mempedulikan perasaan orang
lain. Tingkah laku individu yang didorong oleh kebutuhan untuk berkuasa yang
tinggi akan tampak sebagai berikut :
1) Berusaha
menolong orang lain walaupun pertolongan itu tidak diminta;
2) Sangat
aktif dalam menentukan arah kegiatan dari organisasi di mana ia berada;
3) Mengumpulkan
barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan
prestise;
4) Sangat
peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi.
.
IV. PERUMUSAN HIPOTESA
Berdasakan tinjauan pustaka atau
kerangka pemikiran diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan hipotesis yang
akan diuji kebenarannya, apakah hasil penelitian akan menerima atau menolak
hipotesis tersebut, sebagai berikut:
H01: Tidak ada pengaruh Motivasi berpretasi terhadap kenerja karyawan
Bank swasta di kota Pangkal pinang.
H02:
Tidak ada pengaruh Motivasi
berafiliasi terhadap kenerja karyawan Bank swasta di kota Pangkal pinang.
H03:
Tidak ada pengaruh Motivasi berkuasa
terhadap terhadap kenerja karyawan Bank swasta di kota Pangkal pinang.
V. METODOLOGI
PENELITIAN
1. Obyek Penelitian
Obyek
penelitian ini adalah karyawan tetap (bukan pimpinan) Bank Swasta di Kota
Pangkal pinang.
2. Jenis Penelitian
Dalam
penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu metode pengumpulan data dan
informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner.
3. Sumber Data
1) Data
primer, yaitu data yang diperoleh dari responden yang terpilih mengenai
persepsi responden terhadap motivasi berprestasi, motivasi affiliasi dan
motivasi berkuasa serta kinerja karyawan.
2) Data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan misalnya sejarah perusahaan
dan struktur organisasi serta data lain yang mendukung penelitian ini.
4. Metode pengumpulan
data
1) Observasi,
yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada lokasi
penelitian.
2) Kuesioner,
yaitu dengan daftar pertanyaan terstruktur yang berisikan tanggapan berupa
persepsi karyawan terhadap variabel penelitian.
3) Dokumentasi,
yaitu dengan mempelajari arsip, atau catatan-catatan yang dimiliki oleh
perusahaan sebagai bahan pendukung hasil penelitian.
4)
5. Populasi dan
Sampel
Populasi
dalam penelitian adalah seluruh karyawan tetap bank swasta yang berjumlah 123
orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus, dimana semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel sehingga banyaknya sampel dalam penelitian
ini adalah 123 orang.
6. Definisi
Operasional dan Konseptual
Adapun
definisi dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Definisi Konseptual
1)
Kinerja
Kinerja
merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang
dalam suatu organisasi sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing
(Simamora, 2001).
2)
Motivasi Berprestasi
Motivasi
berprestasi merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan
standar kesempurnaan dalam diri seseorang dan berhubungan erat dengan
pekerjaan, dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai kinerja tertentu
(As’ad, 2000 : 52).
3)
Motivasi Berafiliasi
Motivasi
berafiliasi merupakan kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungannya
dengan orang lain. Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan
hubungan secara akrab dengan orang lain (As’ad, 2000 : 53).
4)
Motivasi Berkuasa
Motivasi
berkuasa merupakan kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang
lain (As’ad, 2000 : 53).
b.
Definisi Operasional
1)
Kinerja
Operasionalisasi
kinerja adalah penilaian karyawan terhadap hasil pekerjaan yang telah mereka
sumbangan kepada organisasi dan diikur menurut indikator:
a) Kuantitas,
b) Kualitas,
c) Pengawasan
2)
Motivasi Berprestasi
Operasionalisasi
motivasi berprestasi adalah tanggapan karyawan terhadap keinginan untuk
melakukan pekerjaan dalam upaya peningkatkan kinerja dan diukur berdasarkan
indikator :
a) Produktivitas
b) Efektivitas
c) Efisiensi
3)
Motivasi Berafiliasi
Operasionalisasi
motivasi berafiliasi adalah tanggapan karywan terhadap hubungan dengan
lingkungan kerja baik dengan karyawan maupun lingkungan di luar organisasi.
Indikator yang digunakan meliputi :
a) Hubungan dalam perusahaan
b) Peluang persahabatan
c) Kebutuhan tim kerja
4)
Motivasi Berkuasa
Motivasi
berkuasa adalah tanggapan karyawan terhadap keinginan untuk mempengaruhi orang
lain dalam organisasi. Indikator yang digunakan meliputi :
a) Aktif dalam menentukan
kebijakan
b) Peka terhadap struktur
(kondisi perusahaan)
7. Alat Ukur yang Digunakan
1. Mengukur
Sikap Responden
Untuk memperoleh tanggapan/jawaban responden perlu daftar
pertanyaan (kuesioner).Pengukuran sikap responden dengan menggunakan skala likert,
yaitu skor skala 5 (skala ordinal) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jawaban A (sangat setuju) mendapat skor 5
b.
Jawaban B (setuju) mendapat skor 4
c.
Jawaban C (netral) mendapat skor 3
d.
Jawaban D (kurang setuju) mendapat skor 2
e.
Jawaban E (tidak setuju) mendapat skor 1
2. Pengukuran
Validitas
Validitas adalah tingkat ketapatan penggunaan alat terhadap suatu
gejala. Pengukuran validitas digunakan untuk pengukuran kuesioner, apakah kuesioner
yang telah disusun sudah valid atau belum. Untuk mengukur validitas kuesioner
diambil sampel yang dianggap mewakili keseluruhan responden dengan menggunakan
teknik korelasi product moment (Singarimbun dan Soffian Effendi, 1995).
3. Pengukuran
reliabilitas
Setelah pengukuran valid tidaknya suatu kuesioner maka dilanjutkan
dengan pengukuran reliabilitas, yaitu untuk mengukur sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konstan apabila dilaksanakan pengukuran kembali.
Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dari suatu hasil alat ukur dalam
mengukur suatu gejala. Untuk mengukur reliabilitas digunakan rumus alpha
cronbach (Umar, 2000).
4. Transformasi
data dilakukan dengan Metode Succesive Interval, dengan cara (Al Rasyid, 1994)
:
a.
Mencari f (frekuensi) responden yang memberikan jawaban.
b. Membagi setiap bilangan
pada f (frekuensi) dengan n (ukuran sample) sehingga diperoleh proporsi ;
Pi=fi/n
c. Jumlahkan p (proporsi) secara
berurutan untuk setiap responden sehingga keluar proporsi kumulatif ;
Pki=Pk(I-1)=Pi
d. Proporsi kumulatif
dianggap mengikuti distribusi normal baku kemudian kita dapat menemukan nilai Z
untuk setiap kategori
e.
Hitung nilai density dengan melihat table ordinal distribusi normal baku
5. Regresi
ganda
Untuk
mengetahui pengaruh antara variabel digunakan analisis regresi linier berganda
(Supranto, 2001).
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + bi Xi
Keterangan:
Y =
Keputusan pembelian konsumen
a =
Kontanta
bi =
Koefisien regresi variebl ke-i
Xi =
Variabel bebas
6. Uji
F
Untuk menguji koefisien regresi yaitu untuk mengetahui pengaruh secara
bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji F dengan
rumus (Supranto, 2001)
7. Uji
t
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang berarti secara parsial
dari variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji t, dengan rumus
(Supranto, 2001) :
8. Elastisitas
Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan pengaruhnya
digunakan rumus sebagai berikut (Gaspersz; 1991):
VII. RENCANA BIAYA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana pada universitas Bangka Belitung, maka semua biaya penelitian
ditanggung oleh penulis.
VIII. JADWAL WAKTU PENELITIAN
1.
Minggu I: Persiapan.
2.
Minggu II – IV: Pengumpulan data, pengolahan dan analisis data secara garis
besar.
3.Minggu
V – IX: Penyusunan laporan draf, mulai dari BAB I sampai dengan BAB V
4. Minggu X - XII: Laporan akhir
IX. DAFTAR
PUSTAKA
Al
Rasyid, 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Program Pasca
Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.
Dessler,
Gary, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Bahasa Indonesia
Jilid 2. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Fermon
E. Kazt & James E. Rosenwig. 1996. Organisasi dan Manajemen. Bina
Rupa Aksara, Bandung.
Gibson,
James, John M. Ivancevich, dan Donnely 1996, Organisasi dan Manajemen,
Erlangga, Jakarta.
Gomes, F. Cardoso,
1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta.
Handoko
Karjantoro, 2004, ”Mengelola Kinerja : Suatu Tinjauan Praktis”, Usahawan,
No. 07 Th XXXIII Juli 2004.
Hasibuan, Malayu,
2003, Organisasi dan Motivasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Heidjrachman
dan Suad Husnan. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogyakarta.
Hersey,
Paul dan Ken Blanchard. 1995. Manajemen Perilaku Organisasi : Pendayagunaan
Sumber Daya Manusia. Agus Dharma (pen.) Edisi 4. Erlangga. Jakarta.
Jamaludin
Iskak dkk., 2005, ”Program Kompensasi : Pembagian Laba Ditinjau dari Teori
Motivasi dan Ekspektasi”, Usahawan, No. 08 Th XXXIV Juli
2005.
Koeswara, 1995, Motivasi,
Teori dan Penelitiannya, Angkasa, Bandung.
Nawawi,
Hadari. 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Niken
Wijayanti, 2005, ’Pengaruh Kompetensi, Komunikasi, Motivasi dan Kompensasi
Terhadap Kinerja Guru Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wiworotomo Purwokerto’
Tesis, Program Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman. Tidak
dipublikasikan.
Nitisemito,
Alex. S. 1996, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta.Sahlan Asnawi,. 2001. Teori Motivasi (Dalam
Pendekatan Psikologi Industri dan Organisasi). Studia Press, Jakarta
Simamora, Henry.
2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN, Yogyakarta.
Singarimbun dan
Sofyan Efendi, 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Sitepu, Nirwana SK.
1994. Analisis Jalur. FMIPA Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sugeng
Rianto, 2005, ’Pengaruh Insentif, Motivasi, Budaya Kerja, Lingkungan Kerja
dan Disiplin Terhadap Kinerja Karyawan PD. BPR BKK Kabupaten Purbalingga’,
Tesis, Program Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman. Tidak
dipublikasikan.
Supriyati,
2006, ”Pengaruh Pengalaman dan Motivasi Berprestasi terhadap Profesionalisme
serta Pengaruh Profesionalisme terhadap Hasil Kerja”, Ventura Vol
9 No. 3 Desember, Hal. 75 – 85.
Supriyatini.
2003. Pengaruh Pengalaman dan Motivasi Berprestasi Terhadap Profesionalisme
serta Pengaruh Profesionalisme Terhadap Hasil Kerja (Outcomes). Studi Empiris
Pemeriksa Pajak Pada Kanwil DJP Jawa bagian Timur II Sidoarjo. Ventura Vol.
9 No.3 Desember 2006.
Teman
Koesmono dan Bambang Wijanarko Otok, 2006, Pengaruh Praktik MSDM yang
Dibentuk oleh Unsur Motivasi terhadap OCB melalui Komitmen Organisasi pada AMA
Surabaya, Ventura, Vo. 9 No. 3 Desember, hal. 45 – 51.
Thoha,
Miftah, 2000, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, CV.
Rajawali, Jakarta.
Umar,
Husein. 2000. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)